Beraksi, bukan bereaksi
Semua pasti
setuju ungkapan “if the dogs bites you,
dont bite the dog back”. Kenyataannya, hal ini lebih mudah dikatakan
daripada dipraktikkan, apalagi kalau kita sudah bertubi-tubi mendapatkan
cercaan yang belum tentu benar-tidaknya. Namun, apakah reaksi bela diri itu
akan bermanfaat bagi kita? Seorang teman yang juga mengalami banyak tekanan,
kesulitan, dan persaingan, nampak kuat karena ternyata selalu memegang prinsip
bahwa semua kritik, tekanan dan hambatan yang dialaminya adalah “kesempatan
untuk maju”. Ia berkomentar, “hindari demoralizing,
jangan biarkan diru kita sakit hati dan bermental kecut”. Ya, kitalah yang menentukan apakah melihat
situasi dengan masam atau tetap netral, seberat apa pun tekanannya. Dari teman
ini, saya juga belajar bahwa hal yang pasti harus dilakukan adalah mengenali
dan menahan reaksi yang muncul ketika tekanan datang. Kita perlu berusaha
mencerna dan menahan, sebelum memberi respons mental yang negatif. Rasa sakit
hati, tersinggung, dan kehendak untuk membela diri yang biasa muncul, perlu
kita kenali dan dekati untuk menjaga mental positif.
Kita
pasti sudah membuktikan bahwa reaksi implusif kita justru akan membawa situasi
yang lebih buruk. Banyak orang belum meyakini bahwa denan menyeleksi tindakan
dan reaksi yang dikeluarkan dengan saringan positif, kita mungkin saja
melakukan manuver untuk mencapai tujuan. Daripada mengatakan, “Saya sakit, jadi
tidak bisa berolah raga”, sebetulnya lebih baik mengatakan bahwa kita ingin
beristirahat sejenak. Daripada mengeluhkan “Pekerjaan saya membosankan”, lebih
baik mengatakan bahwa kita sedang mengevaluasi hal yang penting dalam pekerjaan
dan bila merasa perlu nilai tambah dari tempat lain, kta bisa mengatakan
saatnya menemukan pekerjaan lain. Daripada mengeluhkan “Lawan politik saya
berbuat curang”, bukankah lebih baik mengatakan pada publik sekaligus
meyakinkan diri bahwa saya akan “bermain dengan penuh integritas” dalam
pertarungan politik ini? Dalam olah raga bela diri aikido, orang belajar untuk
mengikuti gerak lawan dan akhirnya bisa memenangkan situasi. Dari sini, kta pun
bisa mempelajari bahwa upaya dan keberhasilan menahan rekasi, mengatur tempo,
menemukan hal positif dalam setiap situasi adalah kemenangan individu dalam
hidupnya.
“Be a better person”
Dalam
sebuah seminar, pembicaraan panel sudah semakin pesimistis dan bahkan
menakut-nakuti akan sulitnya menghadapi tantangan kompetisi, seorang panelis
yang berasal dari China mengingatkan kembali pentingnya melihat gejala ini
secara positif. Seperti dalam tulisan China, kata “krisis” sekaligus mempunyai
dua arti sekaligus, yaitu “bahaya” dan “kesempatan”. Jadi sesungguhnya, kritik
dari atasan, komplain dari pelanggan,
jagalan oleh kompetitor adalah kondisi yang memang tidak enak, tetapi
sekaligus bisa kita gunakan untuk menjadikan diri lebih baik.
Bila
“diserang” atau “dicaci” oleh orang lain, tetapi kita berhasil membawa diri ke
sisi positif, setidaknya kita bisa langsung merasakan dua “kemenangan”.
Pertama, kita akan “feel good about
ourselves”. Perasaan lega maupun percaya diri akan timbul, dan ini sangat
menyehatkan jiwa. Kemenangan kedua adalah peningkatan citra diri kita di mata
publik. Kita akan dilihat sebagai orang yang optimistis dan terbuka terhadap
kesulitan. Bagaimana bila kritik yang dilancarkan memang benar dan membuka
kelemahan kita? Kita tentu masih bisa positif dengan meyakini bahwa nobody’s perfect. Kita pasti berbuat
salah. Hal yang terkadang membuat kita berat menerima kritik adalah karena
sering kali kita mencampuradukkan serangan tersebut dengan diri pribadi. Tentu akan lebih
efektif bila kita melihat bahwa kesalahan dalam tindakan, keputusan,
atau solusi yang diambil tidak membuat diri kita menjadi “rendah”. Selama benar-benar
berniat untuk menjadi diri yang lebih baik, kita seharusnya melihat apa yang
bisa dipelajari dari kesalahan yang kita lakukan itu. Ini tentu hal yang harus
kita buktikan dalam tindakan. Memperbaiki tindakan-tindakan yang keliru ini pun
bisa kita lakukan tanpa mengeluh, bahkan mensyukuri karena ada orang yang
mengingatkan.
Sumber: Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar