Halaman

Senin, 04 Juni 2012

Miami Zombie Attack, Akibat Bath Salts atau Voodo?



Ini kejadian yang sangat mengerikan: Sabtu 26 Mei 2012, Rudy Eugene (31) dalam keadaan tanpa busana menyerang seorang tuna wisma bernama Ronald Poppo (65) di sebuah trotoar di perlintasan MacArthur, yang menghubungkan pusat kota dan kawasan pantai Miami. 



Itu bukan serangan biasa, Eugene yang tak waras mengunyah wajah korbannya hidup-hidup, sebelum ia akhirnya tewas ditembak mati polisi yang tak berhasil memerintahkannya berhenti.


Korban yang luka parah di bagian muka harus menjalani perawatan selama berbulan-bulan di rumah sakit mengembalikan bentuk wajahnya. Pria malang itu juga berjuang melawan ancaman maut infeksi, dan yang pasti, trauma berat. Kini, polisi terus menyelidiki penyebab insiden penyerangan ini, meski Eugene tak lagi bisa dimintai keterangan.


Salah satu dugaan, Eugene memakai narkoba yang di jalanan dikenal dengan istilah "bath salt", "garam mandi". Meski sering disebut sebagai LSD (lysergic acid diethylamide) jenis baru", efek utama "bath salt" tidak menimbulkan halusinasi atau distorsi ruang dan waktu seperti halnya LSD.

Seperti dimuat CNN, ia sejatinya adalah bahan kimia mirip amfetamin. Seperti campuran methylenedioxypyrovalerone (MDPV), mephedrone, dan pyrovalerone.

Garam mandi bisa dihisap mulut seperti rokok, dihirup, atau disuntikkan. Mirip kokain, atau kristal amfetamin, ia menimbulkan efek psikoaktik, termasuk meningkatkan kewaspadaan, euforia, agitasi dan banyak lagi. 

Sementara, efek fisiologis termasuk tekanan darah tinggi dan detak jantung meningkat. "Itu membuat pemakainya gila dan menjadi sangat kejam," kata anggota polisi, Armando Aguilar kepada situs WPLG, yang berafiliasi dengan CNN. "Saat kami mendekatinya, memintanya berhenti sambil menodongkan pistol. Ia menoleh, menggeram seperti binatang." 

Seperti dimuat Reuters, karena "bath salt" dibuat oleh "ahli kimia jalanan," tak ada cara untuk mengetahui apa saja bahan kimia dalam formulanya. Juga tidak ada tes medis untuk mendeteksi "bath salt" pada seseorang. "Satu-satunya untuk mengetahuinya, adalah jika mereka memberitahu Anda," kata salah satu ahli. 

Pacar menduga voodoo

Seperti dimuat situs SkyNews, Kamis 31 Mei 2012 malam, kekasih Eugene punya dugaan lain selain narkoba: voodoo. Perempuan yang dipacari pelaku selama 5 tahun itu mengaku, ia tak pernah berpikir ilmu hitam itu ada, hingga saat ini. "Aku tak tahu cara lain untuk menjelaskan ini," kata perempuan yang tak mau namanya disebutkan kepada Miami Herald.

Dugaan perempuan itu berdasar dari asal Eugene, Haiti, di mana voodoo lazim dipraktekkan. Meski bukan orang Haiti, sang pacar menduga, pelaku dikutuk seseorang.

Sebab, penggambarkan Eugene sebagai monster pengunyah wajah orang, tidak masuk akal baginya. "Sesuatu terjadi di luar kebiasaan hari itu. Saya tidak ingin dia diberi label "Zombie Miami"," kata dia. 



Dalam ingatannya, Eugene adalah pria beriman yang baru-baru ini mencoba mengentikan kebiasaannya menghisap ganja. 


Perempuan itu untuk kali pertamanya mengetahui laporan ada orang memakan wajah manusia dari televisi. "Saat itu aku berpikir, itu gila," kata dia. Ia tak mengira pelaku adalah kekasihnya sendiri. Di pagi hari, sebelum insiden terjadi, Eugene sempat mengontaknya, mengabarkan mobilnya sedang rusak.

Pada hari Senin, salah satu keluarga Eugene mengontaknya, memberi tahu bahwa pacarnya adalah pelaku penyerangan yang mengejutkan dunia, sekaligus bahwa ia tewas di-dor polisi. 

Ibu Eugene, Ruth Charles juga tampil bicara ke media, membela anaknya. "Semua orang menyebutnya zombie, tapi aku tahu ia bukan zombie. Dia anakku," kata dia kepada CBS-4

Ia menduga Eugene dalam pengaruh obat ketika melakukan tindakan mengerikan itu. "Aku tak tahu apa yang mereka suntikkan, yang mengubahnya menjadi seperti itu," kata dia. 

Sementara, sahabat Eugene sejak remaja, Joe Aurelus mengatakan, temannya itu sedang berjuang berhenti merokok ganja, menghadapi masalah keluarga, dan belum mendapat pekerjaan. "Ia sedang berjuang melawan setan," kata dia.

Selasa, 29 Mei 2012

Berubah, Kok Susah?


Remaja ini paham kekhawatiran orangtuanya, ia pun merasa tidak ingin membangkang, bahkan berjanji dalam hati untuk memperbaiki kebiasaannya. Kenyataannya, satu-dua kali memang menjalankan kebiasaan barunya tetapi sesudah itu ia kembali lagi kepada kebiasaan lamanya. Orangtuanya tentu sangat kecewa. “ada apa dengan anakku ini? Apakah ia memang pembangkang? Diberi tahu tidak bisa?” padahal, kalau mencari something wrong pada anak ini, kita tak bisa menemukannya. Hanya saja, dia gagal berubah.

Kegagalan berubah begitu sering kita saksikan atau bahkan mengalaminya sendiri. Perubahan dipandang sebagai proyek rumit dan imajinasi mengenai perubahan dirasakan sebagai sesuatu yang besar, merusak kenyamanan, dan tidak menyenangkan. Padahal, tuntutan perubahan sebenarnya juaga tidak selalu “besar-besaran”. Dari yang “tidak melaporkan”, menjadi “melaporkan”. Dari yang melanggar lampu merah menjadi berhenti saat lampu lalu lintas berubah kuning. Dari yang tidak senyum pada pelanggan, menjadi senyum dan menyapa pada pelanggan. Dari yang menyegerakan follow up, menjadi bergegas untuk menuntaskan setiap tugas yang diterima. Kita sadar perubahan kebiasaan ditentukan adanya konsistensi dan “constant change”. Namun, banyak orang menerjemahkan kalimat “constant change” seolah-olah gubrag ke kiri gubrag ke kanan.

Peubahan konstan yang ideal adalah bila seseorang atau sebuah lembaga terus bergerak maju, beradaptasi dengan perubahan lingkungan, menyesuaikan sistem prosedur dan kebijakan sesuai tuntutan zaman, tetap tumbuh dan tidak jalan di tempat. Banyak orang mengerang dan mengeluh bisa ada proyek perubahan. Padahal, perubahan itu ada di dalam diri kita semua. Manusia menikah, punya anak, pindah kerja, pindah kota, ganti HP, belajar teknologi baru, coba resep masakan, dan pakaian baju baru. Ini berarti bahwa kita perlu punya keyakinan bahwa kapasitas untuk berubah itu ada dalam diri kita masing-masing dan bukan kapasitas yang istimewa.

Menghitung dan merencanakan perubahan
Banyak pimpinan perusahaan tidak segan untuk mengeluarkan banyak uang untuk membuat “Change Program”. Harapannya tentu saja segera bisa terjadi perubahan perilaku, suasana kerja, dan budaya kerja, dari yang statis menjadi dinamis, dari yang lamban menjadi gesit atau bahkan dari perusahaan lokal menjadi global. Ketika seorang ahli ditanya mengenai persentase keberhasilan program perubahan yang “heboh” seperti ini, beliau menjawab tingkat keberhasilannya hanya 20 persen. Kita perlu jadi berpikir keras bila 20 persen perubahan terjadi dengan upaya semacam ini “worth”? namun, ahli tersebut menekankan juga bahwa bila program perubahan terus terjadi sampai 80 persen! Kita lihat bahwa program perubahan memang perlu serius dan tidak bisa setengah hati. Sungguh beda hasil yang didapat bila kita merencanakan perubahan atau bila salah melakukan pendekatan.

Bila dalam proses perubahan, kita takut pada kontradiksi, sebenarnya yang perlu dilakukan adalah kesiapan terhadap kontradiksi. Kontradiksi antara semangat untuk berubah dan menatasi perasaan yang meng-gandoli kebiasaan lama. Pimpinan tidak lagi bisa mengandalkan pendekatan yang analitis, tetapi justru perlu memikirkan secara metafora. Fokus pada  futura saja tidak cukup karena kita juga perlu secara jangka pendek berfokus pada suasana, langkah-langkah pendek dan kecil yang memang perlu dirancang untuk memudahkan perubahan.

Sikap dan emosi positif terhadap perubahan
Bagaikan kegembiraan memakai baju baru atau menempati rumah baru, sebetulnya hampir semua individu menyambut gembira perubahan. Demikian pula, pembaharuan atau inovasi di dalam tim dan organisasi. Kita pasti ingat antusiasme ketika tertama kalinya kita gunakan ponsel. Kita pun pasti pernah juga mengalami ketika di tempat kerja tiba-tiba bisa melakukan komunikasi internet. Perubahan memang positif sehingga tidak ada alasan untuk melihatnya sebagai monster dan menghindarinya. Hanya saja sikap positif dan keinginan untuk berubha saja memang tidak cukup. Proses komunikasi, kesiapan individu dan tim untuk menyerap informasi baru adalah hal yang kritikal.

Saat isu perubahan dicanangkan, sering kita lihat banyak orang “membombardir” individu dalam organisasi dengan presentasi-presentasi yang canggih, tetapi seolah tidak memikirkan daya tangkap “audiensinya”. Padahal, individu tentunya lebih mudah menyerap informasi dalam bahasa yang lebih sederhana, dengan situasi yang lebih dekat dengan dirinya, sehingga ia bisa merasakannya dan kemudian membantunya melihat arah dan gambaran perubahan yang sangat jelas. Kalu perusahaan mau berubah, akan berbentuk apa perusahaan itu? Kalau kita jelas-jelas mengatakan bahwa perusahaan yang tadinya perusahaan dagang, sekarang ingin dibentuk menjadi perusahaan yang berfokus pada “supply chain”, karyawan tentunya jadi bisa lebih punya bayangan tentang bentuk perusahaan pada masa mendatangnya. Bila rumah sakit yang tadinya sangat mengagung-agungkan dokter kemudian berubah orientasi pada kebutuhan pasien, alias pelanggan, karyawan tentu harus sadar bahwa prosedur pemeriksaan pasien harus dibuat lebih mudah bahkan lebih cepat, lancar dan terpercaya.

Hal yang perlu kita ingat adalah perasaan-lah yang menghambat perubahan, tetapi sebaliknya berasaan jugalah yang mendorong perubahan. Individu dalam organisasi tidak sulit berubah bila perasaannya tergelitik. Ini berarti informasi yang disampaikan untuk perubahan perlu sampai memotivasi, membangun antusiasme dan membuat individu lebih enteng untuk berpartisipasi dalam perubahan.

Sumber: Kompas

Rabu, 23 Mei 2012

Penemu Remote Televisi Tutup Usia


Eugene Polley, penemu remote control televisi, meninggal dunia pada Minggu (20/5/2012). Orang yang berjasa membuat kita tak perlu repot saat mengganti saluran televisi ini wafat di usia 96 tahun di Chicago, AS

Berita kematian Polley dikabarkan pertama kali oleh Zenith Electronics Corporation, tempat Polley pertama kali memulai karir, sebelum menciptakan perangkat Flash-Matic.

Flash Matic yang merupakan cikal bakal remote televisi diciptakan oleh Polley pada tahun 1955 dan . Remote Flash Matic yang diciptakan Polley bekerja dengan menggunakan cahaya, yang dibentuk dalam perangkat berbentuk pistol. Bentuk ini dipertimbangkan Polley pada awalnya untuk menembak televisi ketika muncul iklan.

Dalam kampanye produk ini, Polley menyerukan bahwa Remote Flash Matic bisa menembak televisi sehingga Anda bisa mematikan televisi ketika ketika muncul iklan yang tidak diinginkan. 

"Coba pikir, tanpa bergeming dari kursi malas Anda, Anda dapat mematikan, menyalakan, atau mengubah saluran televisi ketika muncul iklan yang menjengkelkan," ungkap Polley ketika memperkenalkan produk ini.


Penemuan cikal bakal remote televisi inilah yang kemudian berkembang menjadi remote televisi, yang tak terpisahkan dari produksi televisi. Tahun 1986, Polley dengan bangga mengatakan kepada seorang jurnalis  yang mewawancarainya bahwa remote control sama pentingnya dengan penemuan sistem 'flush' toilet. "Flush toilet mungkin penemuan paling beradab yang pernah ada, tetapi remote control adalah penemuan penting berikutnya. Sama pentingnya dengan seks," ungkapnya.

Atas temuannya tersebut, Polley menerima bonus ribuan dollar dari perusahaannya. Namun perangkat tersebut tergantikan dengan produk yang lebih efisien dan jauh lebih tahan lama, yang dikembangkan oleh Rebert Adler, rekan kerja Polley di Zenith. 

Temuan Flash Matic milik Polley mengandalkan cahaya sehingga sering terganggu dengan pantulan cahaya matahari pada televisi. Adler yang menyempurnakan temuan Polley dengan membuatnya responsif terhadap suara, bukan cahaya. Meski belum sempurna, produk ini dipasarkan pada tahun 1956.

Selama bertahun-tahun, publik kemudian hanya mengetahui bahwa penemu tunggal remote control televisi adalah Adler. Ketika Adler meninggal tahun 2007, Zenith kemudian mengumumkan bahwa Polley dan Adler adalah penemu remote control televisi. Di tahun yang sama, Zenith mewakili Polley dan Adler menerima penghargaan special Emmy Award untuk pengembangan romote nirkabel.

Sekilas tentang kehidupan pribadi Eugene Polley

Eugene Theodore Polley dilahirkan di Chicago, pada 19 November 1915. Ia menyelesaikan pendidikan di City College of Chicago dan the Armour Institute of Technology (yang sekarang menjadi the Illinois Institute of Technology), namun tak punya cukup uang untuk menyelesaikan gelar akademiknya. Pada usia 20 tahun ia bergabung dengan perusahaan Zenith Radio, dimana ia memperoleh 40 sen saham per jam.

Polley bekerja di Departemen Teknik sebagai mekanis yang mahir. Selama perang dunia II, Polley bekerja untuk militer Amerika Serikat, merakit bom dan membuat radar pendeteksi kapal. Setelah perang dunia II usai dan televisi mulai menjajah rumah-rumah di Amerika, Presiden Zenith meminta Polley membuat alat yang bisa membantu konsumen untuk mengatasai kejenuhan akan iklan. 

Remote televisi pertama yang diproduksi Zenith bernama Lazy Bones, dipasarkan tahun 1950. Namun, saat itu remote masih menggunakan kabel yang panjang mengular dan menghubungkan remote dengan televisi. Bos Zenith pun meminta Polley membuat remote control nirkabel. Flash Matic yang diciptakan Polley populer di tahun pertama peluncurannya dan terjual 30 ribu set.

sumber: Kompas.com

Selasa, 22 Mei 2012

Profil Elena Rosell


Name               : Elena Rosell
Nationality       : Spanish
Born                 : 30 April 1986, Valencia ,Spain
Current Team  : Qatar Motor & Motorcyle Federation (QMMF) Racing Team
Bike number    : 82



Tahun 2003 silam rasanya masih hangat dalam ingatan para pencinta Moto2 dunia, pasalnya pembalap wanita asal Jerman Katja Poensgen, jadi wanita pertama yang ikut serta dalam kejuaraan dunia di kelas 250cc. Dan setelah itu nyaris tidak ada sama sekali.
Di musim 2012, kini giliran Spanyol yang mengirimkan wakil wanitanya untuk ikut ambil bagian masuk dalam kejuaraan dunia olahraga “pria” ini. Dia (Elena Rosell), akan jadi wanita pertama Spanyol yang ikut kejuaraan dunia Moto2 setelah 60 tahun kompetisi ini berlangsung.
Rosell tak hanya akan jadi bagian sejara publik Spanyol saja, dia juga akan jadi wanita pertama yang berlaga di kejuaraan Moto2 kelas 600cc yang secara resmi sudah mulai ada sejak 2010 sesuai dengan regulasi FIM.
Debut pertama dia di Moto2 terjadi di Valencia dan finish di urutan 25 mengalahkan 9 pembalap lainnya termasuk Joan Olve dan Simone Corsi.
Selain itu, Rossel juga mengatakan bahwa dirinya tidak bisa dibanding-bandingkan dengan pembalap wanita lainnya, seperti Taru Rinne, Tomoko Igata dan terakhir Katja Poensgen yang bagi-nya Katja Poensgen lebih dia kenal karena dia pernah berjaya di balapan ini.


Tokyo Punya Menara Pemancar Tertinggi Dunia



Jepang hari ini membuka menara pemancar siaran televisi sekaligus obyek wisata terbaru, Tokyo Skytree. Dengan tinggi 634 meter, bangunan berbentuk jarum ini pun diklaim sebagai menara pemancar tertinggi di dunia.


Menara ini tidak sejangkung Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab, yang tetap bergelar sebagai bangunan tertinggi di dunia sepanjang 828 meter. Menurut stasiun berita BBC, Selasa 22 Mei 2012, Tokyo Skytree akan digunakan oleh stasiun televisi utama di Jepang mulai tahun depan.



Dengan demikian, nantinya Skytree ini akan menggantikan posisi Menara Tokyo sebagai menjadi pemancar utama. Dengan tinggi 333 meter atau separuh dari tinggi Skytree, Menara Tokyo sejak tahun 1958 telah menjadi simbol ibukota Jepang.




Menurut harian The Washington Post, Tokyo Skytree telah dicatat sebagai menara tertinggi versi Guinness World Records, mematahkan rekor Menara Kanton di China yang memiliki tinggi 600 meter. Menjulang di tengah kota Tokyo, menara ini pembangunannya sempat terhambat dua bulan akibat musibah tsunami Maret 2011.



Pada pembukaannya, sekitar 8000 pengunjung yang antusias berbondong-bondong untuk dapat menaiki elevator menara yang dianggap sebagai testimoni bangunan antigempa serta simbol ketahanan Negeri Sakura ini. Banyak di antara mereka yang sudah memesan tiket lebih dari sepekan sebelumnya.




Tentu saja para pengunjung harus bergantian karena seperti dilaporkan media setempat, menara yang dibangun selama tiga setengah tahun ini memiliki dua dek pengamat. Dek pengamat pertama bisa menampung hingga 2000 orang, sementara dek kedua berkapasitas hingga 900 orang.

sumber: vivanews

Senin, 21 Mei 2012

Tips Atasi dan Cegah Gumoh


    Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu.

Tips Atasi Gumoh
            Meski wajar, gumoh tetap harus ditangani secara tepat agar bayi terhindar dari resiko tersedak atau cairan gumoh masuk ke paru-paru, lalu menyebabkan gangguan kesehatan seperti radang paru. Berikut tip mengatasi gumoh:
  • Ketika bayi gumoh miringkan atau tenkurapkan bayi supaya gumoh cepat keluar. Jangan langsung mengankatnya karena gumoh bisa turun lagi.
  • Tuntaskan gumoh, biarkan keluar hingga habis. Jika tetelan kembali akan membuat bayi merasa tidak nyaman
  • Bila gumoh keluar dari hidung, jangan panik, biarkan saja. Mungkin volume gumoh cukup banyak, sehingga selain dari mulut, keluar juga lewat hidung, keduannya berhubungan dengan saluran kerongkongan. Jangan menutup hidungnya karena dikhawatirkan gumoh bisa mengalir ke paru-paru.
  • Usai gumoh, segera bersihkan mulut, wajah, dan leher yang terkena gumoh dengan waslap basah, lalu ganti pakaian si kecil.


Kiat Cegah Gumoh
       Selain mengatasi, kita juga bisa mencegah atau setidaknya mengurangi frekuensi gumoh dengan beberapa tindakan di bawah ini:

1. Atur tepat posisi minum dan makan
    Hindari posisi berbaring datar saat minum ASI. Posisikan tubuh bayi dengan kepala lebih tinggi dibanding tubuh bagian bawah, sudutnya sekitar 45 derajat. Dengan begitu ASI bisa langsung “mengendap” di dasar lambung. Setidaknya jaga posisi ini sekitar 15 - 30 menit hingga setelah makan. Jika sudah diberikan MPASI, sebaiknya lakukan dengan posisi tegak dan jangan langsung ajak bayi beraktifitas yang berlebihan seusai makan.

2. Jangan kebanyakan
   Pemberian ASI/MPASI harus sesuai kebutuhan, jangan sampai berlebihan, karena bisa memicu gumoh. Lebih baik berikan ASI/MPASI sedikit sedikit tapi sering.

3. Sendawakan bayi
    Terutama jika bayi minum susu dengan menggunakan botol dan dot, karena bisa saja udara ikut masuk ke dalam lambung yang dapat memicu terjadinya gumoh. Cara menyedawakannya, gendong bayi di dada menghadap ke belakang tubuh kita. Lalu tepuk-tepuk bagian belakang tubuhnya secara berlahan.

4. Priksa ukuran lubang dot
    Ukuran lubang dot yang terlalu besar dapat membuat bayi tersedak, sementara bila terlalu kecil dapat membuat udara lebih banyak masuk ke dalam perut karena susu tidak dapat keluar dengan maksimal.

5. Perhatikan posisi tidur setelah minum/makan
   Posisi kepala harus lebih tinggi dibandingkan badan dan tubuh bagian bawah, supaya makanan/minuman di lambung tidak balik ke kerongkongan. Atau, posisikan miring ke kiri/ kanan dengan kepala tetap lebih tinggi dari kaki.

6. Susu lebih kental
   Jika bayi sering gumoh dan sudah minum susu formula (di atas 6 bulan), bisa diatasi dengan pemberian susu yang lebih kental dari biasanya. Caranya, campurkan sufor dengan tepung beras sebanyak 5 gr untuk setiap 100 cc susu. Namun, jika hingga sebulan tetap saja gumoh, sebaiknya konsultasikan ke dokter. Mungkin dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengatasinya.

Sumber: Nakita




Senin, 14 Mei 2012

(Motivasi) Good Live


          
      Beberapa teman, bila sedang berdiskusi seputar masalah kualitas kehidupan, kadang berkomentar, “kalau sudah sibuk ‘cari makan’ mana sempat memikirkan kualitas hidup lagi.” Ya, kita semua bisa merasakan betapa kehidupan makin kompleks, krisis datang silih berganti, tantangan untuk mencapai target kerja harus terus ada di depan mata, sehingga seolah kita tidak punya waktu atau punya energi untuk melakukan hal-hal lain yang ingin dilakukan. Namun, apakah semua situasi itu akan menghalangi kita bersikeras untuk menjadi a better person? Mungkinkah kita membiarkan diri kita melepas standar kualitas hidup dan menjalani kehidupan kita dengan “pasrah” atau biasa-biasa saja? Pada akhirnya, kita akan bertanya pada diri sendiri: “apakah sebagai manusia kita sudah berbuat optimal, mendalam, otentik dan berenergi? Apakah kita punya kemauan kuat untuk “jadi yang terbaik” dalam kehidupan kita yang hanya satu-satunya ini? Melihat gaya hidup teman atau kerabat yang tutup usia secara tiba-tiba, kita bisa belajar bahwa hidup memang perlu didesain. Hidup seperti apa yang ingin kita jalani? Bagaimana kita ingin dikenang oleh orang saat kita tiada? “warisan” apa yang ingin kita tinggalkan? Legenda macam apa yang akan kita tinggalkan?

Olah Pribadi
           Kita sering melihat banyak orang mengambil posisi “tengah” alias posisi “aman”. Mereka tidak berusaha memperjuangkan ide dan pendapatnya kuat-kuat, tetapi lebih memilih untuk menyenangkan semua pihak. Dalam berprestasi, ada orang yang puas dengan menjadi “rata-rata”, berorientasi pada penilaian pihak eksternal sehingga tidak menuntut dirinya untuk selalu mencapai titik terbaik. Padahal, seorang ahli mengatakan, “mediocrity isn’t a quest to be pursued.” Kita tidak akan “jadi apa-apa” atau menciptakan apa-apa, bila selalu berada diposisi “so-so” atau merasa diri “sekadar” pegawai “sekedar” manajer, atau “sekadar” orang kecil. Kita tentu kagum bila mendengar ada petani di kampung ada yang bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga benar-benar sukses. Orang seperti itu tidak melihat dirinya “sekadar” petani, tetapi ia bisa melihat masa depan sampai ke titik yang paling optimal. Apa pun posisi kita dalam organisasi, kita sesungguhnya punya peran penting dan perlu bangga dengan peran yang kita jalankan. Seorang arsitek, planner, desainer, sekretaris, trainer punya peran untuk menghasilkan ciptaan-ciptaan yang lebih efisien, baik itu ide, buku maupun sistem yang bisa mempermudah hidup dan pekerjaanya. Menjalankan peran dengan bangga dan “all out”-lah yang akan menciptakan happiness dan sekaligus meningkatkan kualitas hidup kita.
            Ada individu yang kerap merasa bahwa ia “sudah” mengembangkan diri dan tinggal menjalankan hidup saja. Padahal yang baik akan bisa digunakan untuk menulis. Namun sebentar-sebentar perlu diasah. Pensil yang tumpul tidak bisa menulis dengan baik dan menjadi usang dan ditinggalkan bila tidak dipertajam. Kita pun ibarat pensil,  senantiasa perlu belajar mengasah keterampilan dalam hubungan sosial, menebalkan keyakinan, dan tidak boleh puas dengan keadaan yang sudah dicapai. Individu yang mudah merasa puas akan cepat menunjukkan sikap dirinya selalu benar, “sok tahu” tanpa rasa ingin memperbaiki diri. Sebaliknya, orang yang berorientasi pada kualitas hidup yang lebih baik akan berusaha memperbaiki tutur katanya, senantiasa mawas diri untuk memperbaiki hubungan baik, dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dengan rendah hati tetapi progresif. Kualitas hidup tidak bisa berhenti pada satu tingkat tertentu, tetapi perlu terus diupayakan dari waktu ke waktu sampai akhir hayat kita.

“Good living = good work”
           Kita tidak akan bisa meningkatkan kualitas hidup tanpa meluangkan waktu untuk melakukan evaluasi. Saringan evaluasi pertama adalah mengecek “apakah hal yang kita kerjakan ini bisa meninggakkan “value” pada masa depan? Saringan yang kedua adalah menguji “apakah ada yang kita lakukan saat ini sudah optimal kualitasnya dan bisa dites ‘excellence’-nya?” Saringan ketiga adalah memahami “apakah hal yang kita jalani ini memang berasal dari diri kita dan mengangkat harkat kita sebagai manusia?” bila kita menyaring tindakan kita dengan ketiga saringan tadi, dengan sendirinya integritas yang sekarang didengung-dengungkan orang pun akan terjaga.
        Sebagai manusia yang diberkahi akal, budi, sangat terbuka kesempatan bagi kita untuk mengoptimalkan kualitas diri sebagai makhluk hidup. Kita tidak perlu mengakhiri hidup ini dengan penyesalan, kalau saja kita tidak henti-hentinya mendera diri kita untuk selalu lebih baik, lebih cepat, lebih hemat, lebih berintegritas dan lebih bermartabat. Kitalah yang memilih untuk melakukan hal yang benar-benar kita minati. Kita bisa memilih hobi dan passion kita, sekaligus membuat prioritas. Kitalah yang menentukan dikatakan penyair Antonio Machado, “Walker, there is no path; the path is made by walking.” Dengan menjalankan “good living”, kita pasti akan melakukan “good work” juga

Sumber: Kompas